MEMILIKI sebuah usaha merupakan impian banyak orang. Kita bisa menentukan kapan kerja dan kapan liburan tanpa terkekang oleh atasan.
Namun, masih banyak orang yang gagal memulai usaha lantaran kendala modal. Usaha memang membutuhkan modal, tapi modal bukan satu-satu faktor kesuksesan sebuah usaha.
Banyak cerita yang kita dengar, orang punya modal besar kemudian mendirikan usaha lalu bangkrut di tengah jalan. Singkatnya, untuk memulai usaha tidak perlu memikirkan modal besar.
Uang Rp 1.000 saja bisa dijadikan modal usaha dengan cara membeli sebuah pensil kemudian menjualnya seharga Rp 1.500. Tentu ini hanya perumpamaan saja.
Seperti yang dijalani Mbak Desi pemilik warung Jimbarwana Kutoarjo. Hanya bermodal Rp 500.000 dia nekat memulai usaha jualan seafood di teras rumahnya. Warung sederhana itu mulanya hanya beratap kain terpal bertiang bambu yang sering roboh saat hujan lebat turun. Mulanya, warga di sekitar rumah Mbak Desi menganggap bahwa pilihan jualan seafood di desa adalah sesuatu yang konyol dan mustahil akan berhasil. Sebab, warung seafood identik dengan kaum menengah ke atas dan harganya mahal. Orang desa tak akan mau mengeluarkan uang puluhan ribu rupiah untuk membeli seporsi seafood. Mereka tentu akan memilih membeli beras daripada seporsi seafood.
Mulanya pernyataan di atas terasa benar. Seminggu saat warung mulai dibuka jarang sekali orang yang mampir. Namun, pada minggu keempat konsumen mulai penasaran dan memberanikan diri untuk mencoba beli.
Momen saat konsumen datang langsung difoto oleh pemilik warung untuk diupload di media sosial facebook dan instagram. Begitu berulang terus menerus.
Jagat dunia maya media sosial mulai gempar dengan hadirnya Jimbarwana Kutoarjo di facebook dan instagram. Foto dan video yang diupload mulai menarik perhatian konsumen dari luar desa dan bahkan luar kecamatan. Mereka pun berdatangan untuk mencoba menu Jimbarwana. Pada tahun pertama, Jimbarwana viral di medsos. Tak kurang dari 30 orang datang setiap hari.
Pemilik warung kemudian berspekulasi untuk memperluas warung dengan memasang kanopi dan meja kursi agar dapat menampung banyak tamu. Tidak perlu saya jelaskan dapat modal dari mana ya, Anda sudah bisa menyimpulkan sendiri. hehe.
Benar saja, saat Ramadhan tiba, setiap hari tak kurang dari 60 orang datang ke Jimbarwana untuk berbuka puasa. Lahan parkir milik KUD Sridadi yang berada di depan Jimbarwana selalu dipenuhi kendaraan sepeda motor dan mobil konsumen. Untuk melayani banyaknya tamu yang datang, Jimbarwana merekrut 9 karyawan yang bekerja khusus saat Ramadhan. Pada titik ini sosialisasi yang dilakukan Jimbarwana sangat sukses hanya melalui bantuan media sosial. Tentu langkah ini bisa diterapkan dibidang usaha lainnya untuk mendorong perluasan pasar.
Tahun kedua merupakan masa penyesuaian konsumen. Konsumen yang merasa cocok dengan menu Jimbarwana dia akan datang lagi. Tapi bagi yang tidak cocok atau hanya sekedar coba-coba, dipastikan tidak akan kembali lagi. Ini lumrah terjadi di semua usaha kuliner. Beruntung Jimbarwana dapat terus konsisten menjaga kualitas bahan baku dan rasa masakan sehingga bisa bertahan hingga sekarang.
by: Jimbarwana Kutoarjo
Tlp/WA : 0857-4296-7690
Namun, masih banyak orang yang gagal memulai usaha lantaran kendala modal. Usaha memang membutuhkan modal, tapi modal bukan satu-satu faktor kesuksesan sebuah usaha.
Banyak cerita yang kita dengar, orang punya modal besar kemudian mendirikan usaha lalu bangkrut di tengah jalan. Singkatnya, untuk memulai usaha tidak perlu memikirkan modal besar.
Uang Rp 1.000 saja bisa dijadikan modal usaha dengan cara membeli sebuah pensil kemudian menjualnya seharga Rp 1.500. Tentu ini hanya perumpamaan saja.
Seperti yang dijalani Mbak Desi pemilik warung Jimbarwana Kutoarjo. Hanya bermodal Rp 500.000 dia nekat memulai usaha jualan seafood di teras rumahnya. Warung sederhana itu mulanya hanya beratap kain terpal bertiang bambu yang sering roboh saat hujan lebat turun. Mulanya, warga di sekitar rumah Mbak Desi menganggap bahwa pilihan jualan seafood di desa adalah sesuatu yang konyol dan mustahil akan berhasil. Sebab, warung seafood identik dengan kaum menengah ke atas dan harganya mahal. Orang desa tak akan mau mengeluarkan uang puluhan ribu rupiah untuk membeli seporsi seafood. Mereka tentu akan memilih membeli beras daripada seporsi seafood.
Mulanya pernyataan di atas terasa benar. Seminggu saat warung mulai dibuka jarang sekali orang yang mampir. Namun, pada minggu keempat konsumen mulai penasaran dan memberanikan diri untuk mencoba beli.
Momen saat konsumen datang langsung difoto oleh pemilik warung untuk diupload di media sosial facebook dan instagram. Begitu berulang terus menerus.
Jagat dunia maya media sosial mulai gempar dengan hadirnya Jimbarwana Kutoarjo di facebook dan instagram. Foto dan video yang diupload mulai menarik perhatian konsumen dari luar desa dan bahkan luar kecamatan. Mereka pun berdatangan untuk mencoba menu Jimbarwana. Pada tahun pertama, Jimbarwana viral di medsos. Tak kurang dari 30 orang datang setiap hari.
Pemilik warung kemudian berspekulasi untuk memperluas warung dengan memasang kanopi dan meja kursi agar dapat menampung banyak tamu. Tidak perlu saya jelaskan dapat modal dari mana ya, Anda sudah bisa menyimpulkan sendiri. hehe.
Benar saja, saat Ramadhan tiba, setiap hari tak kurang dari 60 orang datang ke Jimbarwana untuk berbuka puasa. Lahan parkir milik KUD Sridadi yang berada di depan Jimbarwana selalu dipenuhi kendaraan sepeda motor dan mobil konsumen. Untuk melayani banyaknya tamu yang datang, Jimbarwana merekrut 9 karyawan yang bekerja khusus saat Ramadhan. Pada titik ini sosialisasi yang dilakukan Jimbarwana sangat sukses hanya melalui bantuan media sosial. Tentu langkah ini bisa diterapkan dibidang usaha lainnya untuk mendorong perluasan pasar.
Tahun kedua merupakan masa penyesuaian konsumen. Konsumen yang merasa cocok dengan menu Jimbarwana dia akan datang lagi. Tapi bagi yang tidak cocok atau hanya sekedar coba-coba, dipastikan tidak akan kembali lagi. Ini lumrah terjadi di semua usaha kuliner. Beruntung Jimbarwana dapat terus konsisten menjaga kualitas bahan baku dan rasa masakan sehingga bisa bertahan hingga sekarang.
Alkhamdulillah
by: Jimbarwana Kutoarjo
Tlp/WA : 0857-4296-7690
Komentar
Posting Komentar